Halaman

Selasa, 05 November 2013

Dasar Teori ZAT ORGANIK

Adanya zat organik di dalam air, disebabkan karena air buangan dari rumah tangga, industri, kegiatan pertanian dan pertambangan. Zat organik di dalam air dapat ditentukan dengan mengukur angka permangantnya (KmnO4). Di dalam standar kualitas, ditentukan maksimal angka permangantnya 10mg/l. Penyimpangan standar kualitas tersebut akan mengakibatkan:
- Timbulnya bau tak sedap
- Menyebabkan sakit perut
Adannya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusian, hewan atau sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar.
Bilangan / angka permanganat adalah jumlah mg KMnO4 yang diperlikan untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung di dalam satu litercontoh air dengan pendidihan selama 10 menit. Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam maupun basa.
·         Metode asam untuk air yang mengandung ion Cl < 300 ppm
Prinsip metode asam :
Zat organik didalam sampel dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan panas. Sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
·         Metode basa untuk air yang mengandung ion Cl > 300 ppm
Prinsip metode basa :
Sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NAOH selanjutnya dioksidasi oleh KMnO4 berlebih. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.

Dasar Teori DISSOLVED OXYGEN

          Dissolved Oxygen atau dalam bahasa Indonesia disebut  oksigen terlarut merupakan jumlah kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air (Hutabarat dan Evans,  1984). 
          Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan.  Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.  Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut).  Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari.  Penambahan ini disebabkan oleh  terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans,  1984).
           Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi  efesiensi  pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat dan Evans,  1984).
             Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara  maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan-pembusukan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Nybakken, 1992).
  Menurut Ismail 1994 bahwa  kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.  Agar kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada  suhu 20 – 30  oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan. Sedangkan standar Do yang berlaku  yaitu 2 - 4 mgr/L.
             Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar  sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum, 1971).